Senin, 18 Januari 2016

PENGURUS PENGCAB KELATNAS INDONESIA PERISAI DIRI LOMBOK TIMUR NTB



PERISAI DIRI LOMBOK TIMUR DARI TAHUN KE TAHUN


Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri Kabupaten lombok Timur merupakan salah satu cabang Kelatnas Indonesia Perisai Diri Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kelatnas Indonesia Perisai Diri Kabupaten Lombok atau yang dikenal dengan sebutan PD Lotim, hadir di bumi selaparang sejak tahun 1975 yang dibawa oleh salah seorang pelatih yaitu Bapak Yahya Yusuf.
Keberadaan PD Lotim, di Kabupaten Lombok Timur telah memberikan andil dalam perkembangan IPSI di kabupaten ini, terbukti PD Lotim telah banyak mengirim atletnya dan banyak mengharumkan nama baik Kabupaten lombok Timur.
Setelah lama Fakum PD lotim mulai berbenah sejak tahun 2003 , dan pada tahun 2008 kepungurusan baru dikukuhkan oleh pengurus PD provinsi NTB. Sejak berbenah sampai tahun 2016 PD Lotim Mampu membuka 8 Ranting/Unit, 

  1. SMKN 1 Selong
  2. SMAN 1 Jerowaru
  3. SMAN 2 Masbagik
  4. SMAN 1 Terara
  5. SMAS ISLAM TERPADU ASH-ASHIDDIQ Jeruk Manis
  6. MA NW Lendang Nangka
  7. SMPN 3 Masbagik
  8. SMPN 4 Sikur
  9. MI NW Mamben Daye
  10. Penendem
Pada Tanggal 24 – 25 Desember Pengurus Perisai Diri Nusa Tenggara Barat mempercayakan perayaan Hari jadinya di kabupaten Lombok Timur, dengan mengerahkan seluruh kemampuannya maka PD Lotim berusaha mengemban amanah tersebut, sehingga pada hari minggu tanggal 25 Desember 2011 puncak acara HUT PD NTB terlaksana dengan meriah dilandasi dengan semangat kebersamaan dan kekeluargaan………(by zain)


      




        

PENGURUS KABUPATEN KELATNAS INDONESIA PERISAI DIRI LOMBOK TIMUR

NAMA RANTING
PENGURUS
SMKN 1 SELONG
SMAS ISLAM TERPADU ASH-SHIDDIQ
SMPN 4 SIKUR
ROSMAYADI
&
SAPIIN
SMAN 1 TERARA
SMPN 3 MASBAGIK
MI NW MAMBEN
MUHMMAD AHSAN SETIAWAN
SMAN 1 JROWARU
PENENDEM
DERI HERJAN

Sabtu, 16 Januari 2016

Lambang Perisai Diri




ILMU PERISAI DIRI DI ANTARA 3 UNSUR


Ilmu Perisai Diri terdiri dari 3 bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, yaitu Ilmu Silat, Pernapasan dan Kerohanian. ketiga ilmu tersebut disebut juga sebagai SEGI TIGA EMAS yang terkumpul didalam satu ilmu yaitu Ilmu Perisai Diri.

Dengan belajar ilmu silat badan akan menjadi sehat, untuk mengendalikan ilmu silat tersebut diberikan pendidikan mental/kerohanian murni berdasarkan ke-Tuhanan sehingga terjadi keseimbangan, kemudian dengan ilmu silat dan pendidikan mental tentunya akan lebih mudah didalam belajar ilmu pernafasan, dan sebaliknya dengan ilmu pernafasan yang baik akan membantu mempermudah latihan silat/fisik dengan lebih baik.

Mungkin banyak dari anggota perisai diri yang belum mengetahui kalau ilmu pernapasan perisai diri mempelajari cara pengerasan otot dan penyaluran (GUAKANG), membangkitkan tenaga dalam diri (LUEKANG) dan pengolahan hawa murni (SINKANG). Untuk ilmu kerohanian ada 15 tingkatan yang jadi intinya adalah tingkatan 1 s/d 5, dan selebihnya adalah sebagai ilmu tambahan. Sedangkan ilmu silat perisai diri terdiri dari 13 teknik asli. (wah luas sekali ya.. ilmu PD itu, makanya ayo latihan dan terus naik tingkat, biar bisa mempelajari seluruh ilmu PD..ayo latihan).

Tentunya didalam artikel ini tidak akan dibahas secara rinci seluruh ilmu perisai diri tersebut, selain karena situs ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum dan anggota perisai diri yang masih tingkat dasar, ilmu perisai diri pun tidak cukup dengan hanya membaca artikel tanpa praktek yang dibimbing oleh pelatih perisai diri.

Sekarang akan disajikan ilmu kerohanian perisai diri secara umum sebagai pengantar sebelum ke ilmu inti kerohanian perisai diri, Insya Allah disitus ini akan terus disajikan ilmu kerohanian perisai diri secara umum, sementara untuk ilmu kerohanian secara khusus, tentunya hanya bagi anggota perisai diri dan yang sudah mencapai tingkat putih (keluarga) keatas.

Ilmu kerohanian Perisai Diri adalah ilmu yang mempelajari tentang ke-Tuhan-an dan bagaimana manusia perisai diri mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ilmu kerohanian perisai diri diberikan pada anggota yang sudah berada pada tingkat keluarga (tingkat putih ke atas) dan sudah dewasa atau 17 tahun ke atas. Maksud diberikannya materi kerohanian pada tingkat strip putih ke atas adalah, karena pada tingkat tersebut seorang anggota perisai diri sudah dianggap cukup memiliki teknik silat tangan kosong dan senjata sesuai dengan tingkatannya dan sudah memiliki rasa kekeluargaan, sehingga ilmu kerohanian diharapkan mampu mengendalikan seorang anggota perisai diri unuk tidak menggunakan teknik yang dimilikinya kepada hal-hal yang tidak baik.

Ilmu kerohanian Perisai Diri adalah ilmu tentang rasa yang bersifat abstrak yaitu mengolah rasa seorang anggota perisai diri, dibina dan dididik untuk selalu berfikir dan berprilaku dengan tuntunan hati nurani dan hendaklah perkataan dan perbuatan bersumber dari hati nurani.

Ilmu kerohanian bukan agama, tetapi ilmu kerohanian membantu mengingatkan seorang anggota perisai diri agar selalu berpegang teguh kepada nilai-nilai agama yang di anutnya. Dimana di dalam ilmu kerohanian perisai diri diajarkan bagaimana seorang anggota perisai diri berusaha untuk tidak berbohong, tidak berzina, memenuhi janji dan perbuatan baik lainnya yang tentunya tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Seorang anggota perisai diri yang sudah mendapatkan ilmu kerohanian seharusnya mampu melaksanakan perbuatan-perbuatan baik seperti yang telah disebutkan di atas. Mungkin tidak dapat dilaksanakan sekaligus tetapi paling tidak, harus ada usaha untuk melaksanakan perbuatan baik tersebut sedikit demi sedikit sebatas kemampuan maksimal yang dimiliki seorang anggota perisai diri.

Untuk mencapai seorang anggota perisai diri yang sejati dan berbudi luhur, sudah seharusnya seorang anggota perisai diri melaksanakan perubahan dalam dirinya yaitu dengan cara meninggalkan perbuatan yang tidak baik menuju kebaikan dengan tetap mengharap perotolongan Tuhan Yang Maha Esa. Karena semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini adalah terjadi karena kehendak Tuhan Yang Maha Esa, tetapi seorang anggota perisai diri tidak boleh menyandarkan perbuatan buruk kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tuhan telah menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. (ayoooo….kita….berubah… ….kita pasti bisa….).

Artikel ini dimuat berdasarkan persetujuan dari Bapak H. Boeniran (Pendekar PD NTB)sebagai narasumber ilmu perisai diri di NTB.

SEJARAH PENCAK SILAT PERISAI DIRI


Perisai Diri merupakan salah satu organisasi olahraga beladiri yang menjadi anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Perisai Diri menjadi salah satu dari sepuluh perguruan silat yang mendapat predikat Perguruan Historis karena mempunyai peran besar dalam sejarah terbentuk dan berkembangnya IPSI.
Perisai Diri didirikan secara resmi pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri secara resmi, beliau melatih silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan pamannya, Ki Hajar Dewantoro.
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. Pesilat diajarkan teknik beladiri yang efektif dan efisien, baik tangan kosong maupun dengan senjata. Metode praktis dalam Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar yang mana menghasilkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”.
Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoe Soedirdjo, buyut dari Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Paku Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Paku Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.
Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Paku Alaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.
Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.
Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.
Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan membuka perguruan silat dengan nama Eko Kalbu, yang berarti satu hati.
Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.
Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.
Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.
Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo mengajar silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Plered.
Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir Dalmono yang saat ini berada di Rusia, Prof Dr Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan Bambang Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama panggilan Mas Wuk.
Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir Dalmono.
Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Romelan, beliau mendirikan kursus silat PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.
Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eko Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.
Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.
Pada tahun 1969, Dr Suparjono, SH, MSi (Ketua Dewan Pendekar periode yang lalu) menjadi staf Bidang Musyawarah PB PON VII di Surabaya. Dengan inspirasi dari AD/ART organisasi-organisasi di KONI Pusat yang sudah ada, Suparjono bersama Bambang Mujiono Probokusumo, Totok Sumantoro, Mondo Satrio dan anggota Dewan Pendekar lainnya pada tahun 1970 menyusun AD/ART Perisai Diri dan nama lengkap organisasi Perisai Diri disetujui menjadi Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI yang disingkat Kelatnas Indonesia PERISAI DIRI. Dimusyawarahkan juga mengenai pakaian seragam silat Perisai Diri yang baku, yang mana sebelumnya berwarna hitam dirubah menjadi putih dengan atribut tingkatan yang berubah beberapa kali hingga terakhir seperti yang dipakai saat ini. Lambang Perisai Diri juga dibuat dari hasil usulan Suparjono, Both Sudargo dan Bambang Priyokuncoro, yang kemudian disempurnakan dan dilengkapi oleh Pak Dirdjo.

JANJI PERISAI DIRI


1. BERKETUHANAN YANG MAHA ESA 
2. SETIA DAN TAAT KEPADA NEGARA 
3. MENDAHULUKAN KEPENTINGAN NEGARA 
4. PATUH KEPADA PERGURUAN 
5. MEMUPUK RASA KASIH SAYANG

Video Perisai Diri


LATIHAN ALAM DAN PENGUKUHAN UNTUK ANGGOTA BARU KELATNAS INDONESIA PERISAI DIRI


Latihan Alam yang berlokasi di pantai Pelabuhan Labuan Haji pada tanggal 09 Januari 2012 yang di kuti oleh semua ranting di lombok timur pada saat itu di antaranya
  1. SMKN 1 Selong
  2. STKIP Hamzanwadi Selong
  3. SMK NW Renco
  4. SMAN 1 Jerowaru
Latihan alam untuk Perisai Diri ini bertujuan untuk berlatih di alam luas, dan meningkatkan tali persaudaraan yang jadi budaya bagi semua anggota Perisai Diri dimanapun Berada (Indonesia) Husunya di Kab. Lombok Timur ini.  dan Latihan Alam ini di rangkai dengan Pengukuhan anggota baru untuk memperkenalkan budaya dan teknik Perisai Diri yang di milikinya,


UJIAN KANAIKAN TINGKAT


KEGIATAN PD LOTIM

LATIHAN BERSAMA SE-KABUPATEN LOTIM MINGGU 19 MEI 2013,
 DI HADIRI OLEH PEMBINA PERISAI DIRI NTB BPK H.BUNIRAN


LATIH TANDING ANTAR RANTING SE-KABUPATEN LOMBOK TIMUR


LATIHAN KADER

Diikuti mulai dari tingkat strip Hijau sampai dengan Biru ,
Latihan Dilaksanakan pada :
Hari                 : Sabtu Jam 19.00 WITA dan Senin Jam 19.00 WITA
Tempat           : SMKN 1 Selong
Pelatih            : Pembina Perisai Diri Lombok Timur 


Menjaga kesehatan dan kebugran dengan latihan Silat ala Perisai Diri